Siang itu aku berencana untuk pergi bersama kekasih tercinta ku, Ryansyah. Ini adalah kegiatan rutin yang kami lakukan jika hari minggu tiba. Kami biasanya jalan-jalan menikmati indahnya pantai dan menunggu datangnya matahari terbenam.
Aku duduk dikursi teras rumahku menanti kedatangan Ryan yang memang sudah dalam perjalanan menuju rumahku. Hati ini rasanya sungguh gelisah tak sabar menunggu kedatangan kekasih ku tersayang. Berulang kali aku mengirimkan pesan singkat padanya. Dan dia pun membalasnya dengan cepat.
Angin sepoi-sepoi bertiup dengan lembutnya menemani aku dengan setia menunggu Ryan datang. Tapi waktu sudah hampir dua jam berlalu. Ryan belum muncul juga. Aku mencoba mengirimkan pesan singkat lagi padanya.
Sayang sudah sampe mana??Kok sampe skrg blm dateng juga?!"
Biasanya dia cepat sekali membalas pesan yang aku kirimkan. Ini tidak ada tanda-tanda dia akan membalas. Aku mulai khawatir jika sesuatu telah terjadi padanya. Namun, aku segera membuang pikiran negatif ku tentang hal itu.
Aku mencoba menelponnya. haaaahhh nomornya tidak aktif.!!!
Ya Tuhan,,,apa yang sudah terjadi pada Ryan.....Kegelisahan pun semakin mendera hati ini. Aku tidak bisa membohongi lagi perasaan yang tidak enak ini. Dengan buru-buru aku masuk kedalam rumah untuk mengambil kunci mobil. Aku berniat untuk menyusulnya. Aku tidak bisa hanya berdiam diri dirumah menunggu sesuatu yang tidak pasti.
Belum sempat aku mengambil kunci mobil, Handphone ku berbunyi yang menandakan ada telpon masuk. Nomor tidak diketahui,,,?? Aku bingung,,,nomor siapa itu.?
"Hallo,,,!" sapa ku setelah telpon terhubung.
"Nad,,,si Ryan Nad..." belum sempat orang itu melanjutkan pembicaraannya aku langsung memotongnya.
"Ryan kenapa tante,,?" ternyata yang menelpon itu adalah mamanya ryan.
Terdengar isak tangis dari orang-orang yang ada disekitarnya. Pikiran ku semakin kacau tak menentu. Pikiran ku saat ini sudah jauh melayang entah kemana. Sampai-sampai aku tak sadar jika air mata ini pun sudah mengalir membasahi pipi ku.
"Ryan kecelakaan Nad,,,Dia sekarang ada di Rumah sakit."
Setelah mendapatkan informasi dimana Rumah Sakitnya, aku bergegas memamnggil taxi. Aku tidak berani membawa mobil sendiri. Aku takut jika akan terjadi sesuatu pada ku karena pikiran ku saat ini sedang sangat tidak menentu.
Setibanya disana , aku langsung menuju ruang gawat darurat. Nampak disana orang-orang yang sudah tidak asing lagi buatku. Kepala mereka tertunduk semua, menyesali keadaan saat ini.
Aku berjalan dengan langkah yang agak pelan menuju depan pintu yang tertutup dengan rapatnya. Dari pintu itu aku melihat seorang pria yang tidak sadarkan diri terbaring pasrah akan tubuhnya yang sedang ditangani oleh tim dokter.
Air mata ku semakin deras mengalir melihat keadaan itu, menangis melihat laki-laki yang aku cintai sedang meregang nyawanya. Dan yang aku sesali adalah kejadian ini terjadi ketika dia sedang dalam perjalanan untuk menjemputku.
Sehari,,,dua hari,,,samapi dengan satu minggu aku tetap setia menunggunya sadar. Aku tidak pernah ingin meninggalkannya disaat seperti ini. Aku ingin selalu mendampingi dia sampai kapanpun, karena aku mencintai seluruh kekurang dan kelebihannya.
Pagi ini, ketika aku sedang membersihkan tangannya dengan air hangat. Tiba-tiba aku merasakan ada suatu gerakan. Aku yang menyadari akan hal itu langsung memanggil dokter.
Sejak saat itu Ryan pun sadar, dia menangis melihatku yang selalu ada untuknya. Dia menangis karena kondisi fisiknya sekarang ada yang berubah. Dokter memfonis bahwa untuk sementara waktu Ryan tidak bisa menggunakan kakinya seperti biasanya.
Tiga hari setelah sadar,,Ryan diperbolehkan pulang oleh dokter. Dia nampak senang sekali karena sepertinya dia sudah bosan dengan suasana di rumah sakit ini. Saat ini hanya ada aku dan Ryan. Keluarganya yang lain sudah pada pulang duluan untuk mempersiapkan rumah untuk menyambut kepulangan Ryan dari Rumah Sakit.
Ryan menarik tangan ku secara tiba-tiba, aku yang sedang membereskan pakaiannya kaget akan hal itu.
Dia menatap ku dengan tajam,,dibelainya pipiiku dan diciumnya keningku.
"Sayang,,,terimakasih karena selama ini kamu setia banget nungguin aku."
"Iya sama-sama sayang, aku seperti ini karena aku sangat mencintaimu.!" Ucapku padanya dengan senyuman yang manis.
"Sayang,,sepertinya aku sudah tidak bisa bersama kamu lagi."
Aku terdiam mendengarkan ucapannya barusan. Entah ada angin apa dia mengatakn hal itu padaku. Terpikirkan saja tidak pernah oleh ku untuk meninggalkan Ryan. Tapi kenapa saat ini malah dia yang memintanya.
"Maksudnya..?"
"Ya kita sebaiknya tidak perlu melanjutkan hubungan ini lagi,,,aku tidak mau terlalu merepotkan mu." Jawabnya dengan nada yang lirih sekali.
Lalu aku duduk didepan kursi rodanya dan memegang kedua tangannya.
"Ryan,,aku tidak pernah merasa direpotkan oleh mu. Aku melakukan semua ini karena aku memang care sama kamu."
"Iyaa aku tahu,,tapi aku tidak ingin membuat mu malu karena memiliki kekasih yang kondisinya seperti aku sekarang ini."
Ya Tuhan,,,betapa aku tidak sanggup mendengar perkataannya lagi.
"Sayang,,,bagaimana pun kondisi kamu saat ini,,aku tidak akan pernah memperdulikannya, karena aku mencintai dan kamu kekurangan kamu saat ini."
Dia nampak meneteskan air mata, tertunduk.
Aku mencoba mengangkat kepalanya, dan menyandarkan dibahuku.
"Tenanglah sayang,,keadaan ini hanya sementara,aku yakin kamu akan sembuh. Walaupun itu membutuhkan waktu yang tidak lama, aku akan tetap mencintai kamu. Mencintai kelebihan dan terutamanya Aku Mencintai Kekurangan Mu"
Setelah semuanya beres, aku dan Ryan segera keluar dari kamar rumah sakit itu menuju ke mobil untuk segera pulang ke rumah.